Jumat, 12 Desember 2008

Gangguan reproduksi Sapi Perah

Tinggi rendahnya produksi ternak tergantung bagaimana reproduksinya. Secara keseluruhan penurunan daya reproduksi dan kematian merupakan masalah reproduksi yang belum ditangani secara baik. Umur melahirkan pertama kali dapat dipengaruhi oleh pakan, sehingga membuat siklus birahi selanjutnya menjadi tidak normal (lebih panjang / pendek). Beberapa ganguan reproduksi secara umum dipengaruhi oleh lingkungan, hormonal, genetik (anatomi) dan penyakit / infeksi.

Kamis, 11 Desember 2008

Penanganan Kelahiran Pada Sapi perah

Sapi-sapi yang sudah masuk dalam program pengeringan (dry off program) di pen DP (dry pregnant) akan selalu dikontrol. Sapi dengan umur kebuntingan 8 bulan keatas akan dipindahkan ke pen 8 (pen transisi). Begitu juga saat sapi menujukkan tanda-tanda melahirkan, biasanya sangat terlihat pada bagian vulva yang mengendor dan adanya lendir berwarna kekuningan yang menggantung. Sapi dapat langsung digiring menuju pen maternity (pen beranak). Hal ini sangat penting dilakukan untuk menghindari sapi melahirkan di kandang pen dry pregnant sehingga tidak membahayakan pedet yang akan lahir. Sapi yang mengalami kesulitan dalam melahirkan akan mendapat bantuan dari veteriner.
Masalah yang sering terjadi adalah distokia dalam posisi posterior (posisi kepala pedet menghadap kedalam). Jika sapi tersebut mengalami distokia maka dengan segera dokter hewan ataupun veteriner membetulkan posisi pedet dalam kondisi normal. Setelah itu pedet akan dikeluarkan dengan menarik pada bagian kaki yang diikat tali saat sapi merejan hingga semua tubuh pedet keluar. Dalam kondisi normal proses kelahiran pedet terbagi kedalam beberapa tahap atau fase, yaitu :

1. Fase pertama : sapi gelisah, vulva kendor, vulva mengeluarkan lendir, sapi merejan,

amnion terlihat dan amnion pecah.
2. Fase kedua : organ tubuh pedet sebagian terlihat, sapi merejan dan seluruh tubuh pedet

terlihat
3. Fase ketiga : plasenta keluar


Kelahiran harus sudah terjadi dalam waktu 8 jam, jika pedet belum juga keluar maka perlu mendapat bantuan. Pertolongan diberikan dengan memastikan terlebih dahulu kondisi pedet, setelah dirasa benar maka pedet siap dikeluarkan. Kaki depan akan diikat dengan tali yang sudah dicelupkan iodine 7%. Begitu juga tangan yang akan dimasukkan ke dalam vulva dicelupkan dengan iodine. Pada saat sapi merejan kaki akan ditarik. Pedet yang keluar segera dibersihkan dari lendir-lendir yang tersisa terutama pada bagian hidung dan mulut untuk membantu pernafasan. Induknya pun ikut menjilat-jilat tubuh pedet. Empat sampai lima jam setelah melahirkan plasenta harus sudah keluar. Sapi yang sudah melahirkan segera diberikan vitamin AD3E 5 ml lewat suntikkan di bagian leher (intravena), penstrep yang disuntikkan melalui intravena bagian leher sebanyak 20 ml, dan pemberian calcoral gel 400 ml melalui mulut. Penanganan yang diberikan bertujuan agar kondisi sapi tidak melemah setelah melahirkan (drop). Beberapa jam setelah itu sapi akan diperah untuk diambil kolostrumnya menggunakan mesin perah portable.


Pemeriksaan Kebuntingan Pada Sapi Perah

Sapi yang diduga tidak berahi setelah dikawinkan kemungkinan bunting. Pemeriksaan kebuntingan sapi dilakukan satu sampai satu setengah bulan setelah inseminasi terakhir. Pemeriksaan dilakukan dengan cara palpasi rektal yaitu memasukkan tangan pada bagian rektal, jika ovarium terasa asimetris atau adanya pembesaran di salah satu ovari, bisa dikatakan sapi tersebut bunting. Selain itu perabaan dapat dilakukan pada bagian fetal membran (percabangan uteri) yang terasa membesar, pemeriksaan ini dilakukan oleh dokter hewan atau veteriner yang mempunyai keahlian dalam hal reproduksi.

Umur kebuntingan 1,5 bulan sangat muda dan dapat mengakibatkan pecahnya embrio yang masih sangat kecil. Jika sapi tersebut positif bunting maka diberi tanda dengan chalking green pada pangkal ekor. Sejarah perkawinan sapi yang bersangkutan termasuk tanggal melahirkan, tanggal dan jumlah IB yang dilakukan pada seekor sapi harus tercatat dengan baik sehingga dapat dipelajari terlebih dahulu. Catatan perkawinan dan reproduksi yang lengkap sangat bermanfaat untuk menentukan umur kebuntingan secara tepat dan cepat (Toelihere, 1985).

Pemeriksaan kebuntingan dilakukan pada pagi hari saat sapi kembali ke kandang setelah diperah. Ini dapat membantu seorang veteriner untuk memeriksanya, karena sapi dapat di lock up (jepit) pada bagian kepala, sehingga mudah untuk di palpasi. Sebelum melakukan palpasi tangan dibungkus dengan gloves plastic, dan mengambil sebagian feses yang ada sebagai pelicin. Mulanya memasukkan satu jari, dua jari dan seterusnya hingga semua bagian masuk kedalam rektum. Jika kotoran terlalu banyak dapat dikeluarkan sebagian, tidak perlu sampai habis. Saat tangan sudah masuk sapi akan berkontraksi (merejan), tangan didiamkan beberapa saat, kemudian dapat dilanjutkan kembali.



Sistem Perkawinan Sapi Perah

Sistem perkawinan merupakan gambaran dari beberapa metode perkawinan untuk program pengembakbiakan sapi. Masa berahi seekor sapi cukup singkat, untuk itu diperlukan pengamatan secara teliti terhadap tanda-tanda berahi seekor ternak agar program perkawinan dapat berjalan sesuai rencana. Sistem perkawinan ternak dapat dilakukan dengan dua cara:1.

1. Perkawinan

Perkawinan alam dilakukan oleh seekor pejantan yang langsung memancarkan sperma kedalam alat reproduksi betina dengan cara kopulasi. Terlebih dahulu pejantan mendeteksi kondisi berahi betina dengan menjilati atau membau di sekitar organ reproduksi betina bagian luar setelah itu pejantan melakukan penetrasi.

2. Perkawinan Buatan

Perkawinan buatan sering dikenal dengan Inseminasi Buatan (IB) atau Artificial Insemination (AI) yaitu dengan memasukkan sperma kedalam saluran reproduksi betina dengan menggunakan peralatan khusus (Blakely dan Bade, 1988).

Perkawinan yang dilakukan oleh Departemen Reproduksi PT Greenfields Indonesia melalui inseminasi buatan (IB) pada saat sapi tersebut menunjukkan gejala-gejala berahi dan mencocokkan data yang ada dalam satu siklus. Pelaksanaan perkawinan harus dilakukan pada saat berahi. Selain itu pengecekan terhadap gangguan reproduksi juga dilakukan, jika sapi tersebut mengalami infeksi pada bagian cervic, atau organ lainnya maka perkawinan akan ditunda.

Perlengkapan yang digunakan untuk perkawinan adalah (1). straw beku pejantan unggul yang diimpor dari Amerika dengan bangsa FH (Frisian Holstein), (2). gun IB yang diimpor dari New Zealand, dan (3). plastic sheat berasal dari Perancis. Straw langsung didatangkan dari Amerika dengan harga sekitar Rp 350.000,00 – Rp 400.000,00- dalam satu container dengan kapasitas kurang lebih 3024 dosis. Semen-semen yang terdapat dalam satu container yang berisi 32-34 liter nitrogen terdiri dari 6-7 pejantan FH (Friesian Holstein) dengan jumlah sperma minimal dua puluh lima juta dalam satu straw kapasitas setengah milliliter (0,5 ml). Straw akan diambil sesuai kebutuhan dan disimpan dalam container kecil dengan kapasitas nitrogen enam liter untuk di bawa ke lapangan. Pergantian straw biasanya dilakukan setiap 6 bulan dengan adanya berbagai pertimbangan. Penambahan nitrogen dilakukan saat batas nitrogen dalam container kurang dari panjang straw, biasanya pada saat volume nitrogen tinggal 30-32 liter.

Straw yang berada di perusahaan tidak hanya diimpor dari Amerika saja, melainkan ada yang diambil dari BIB (Balai Inseminasi Buatan) Singosari. Penggunaan straw yang berasal dari BIB Singosari digunakan untuk sapi-sapi yang bersiklus normal. Jika sapi tersebut bunting dan melahirkan pedet jantan, maka akan diserahkan kembali ke BIB. Tetapi jika pedet yang dilahirkan betina, maka akan menjadi milik perusahaan Greenfields Indonesia.

Pelaksanaan IB dilakukan oleh inseminator yang sudah menguasai teknik inseminasi. Dimulai dari pengambilan straw dari container, pencairan sperma dengan menggunakan air yang bersuhu 370C, memasukkan straw ke dalam gun, perabaan cervic yang benar agar dalam menyuntikkan gun tepat dua hingga tiga sentimeter di depan mulut cervic. Semua prosedur untuk IB dilakukan dengan sangat hati-hati. Kriteria semen yang digunakan PT Greenfields Indonesia berdasarkan produksi susu yang tinggi, sedangkan kriteria semen yang digunakan untuk heifer berdasarkan easy calving 6% (mudah beranak).

Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan inseminasi buatan diantaranya :

1. Kondisi betina, meliputi kesehatan dan anatomi organ reproduksi, Body Condition Score (BCS), lingkungan dan pakan, ektoparasit dan endoparasit.

2. Spermatozoa, dilihat dari total sperma yang motil (% motilitas dan konsentrasinya)

3. Ketepatan waktu IB (siklus berahi)

4. Penempatan posisi semen saat IB (tepat di depan cervik ± 3 cm)

Bobot Badan dan Umur Pertamakali Kawin

Berdasarkan informasi yang diperoleh di perusahaan peternakan pemeliharaan sapi dara dipelihara di Probolinggo umur pertama kali dikawinkan dengan usia rata-rata 14 bulan. Perkawinannya dilaksanakan dengan cara inseminasi buatan (IB).
Sapi dara yang berahi tidak langsung dikawinkan, melainkan diperiksa kondisi fisiologinya, yaitu dengan melihat bobot badan sebagai acuan bahwa sapi dara tersebut sudah dewasa kelamin. Menurut Lindsay et al. (1982) pada beberapa keadaaan, perkawinan betina sengaja ditunda dengan maksud agar induk tidak terlalu kecil waktu melahirkan. Induk yang terlalu kecil pada waktu melahirkan maka kemungkinan akan terjadi distokia. Umur ternak betina pada saat pubertas mempunyai variasi yang lebih luas daripada bobot badan pada saat pubertas (Nuryadi, 2000). Hal ini berarti bahwa bobot badan lebih berperan terhadap pemunculan pubertas daripada umur ternak. Ditunjang oleh teori yang dikenal dengan nama target weight theory, yaitu seekor ternak akan mencapai pubertas atau aktivitas produksi dapat berlangsung secara normal jika telah mencapai bobot badan tertentu. Umur dan bobot badan pubertas dipengaruhi oleh faktor-faktor genetik. Walaupun umur dari sapi dara sudah cukup untuk dikawinkan atau dengan kata lain sudah mengalami dewasa tubuh tidak berarti mengalami dewasa kelamin. Pada saat umur belum genap satu tahun dan bobot badan sudah mencapai 350 kg standar PT Greenfields Indonesia, dan jarak waktu tidak terlalu jauh maka sapi tersebut dapat dikawinkan. Alasan bahwa sapi dara harus mengalami dewasa kelamin adalah membantu dalam proses kelahiran, karena kelahiran yang tidak normal banyak terdapat pada sapi-sapi yang baru pertama kali melahirkan.


Deteksi Berahi

Deteksi berahi yang tepat merupakan kunci utama keberhasilan suatu perkawinan selain ketepatan dan kecepatan saat melakukan perkawinan, pemeriksaan berahi yang efektif memerlukan pengetahuan yang lengkap tentang tingkah laku sapi yang berahi baik normal ataupun tidak. Deteksi berahi paling sedikit dilaksanakan dua kali dalam satu hari, pagi hari dan sore/malam hari. Dalam pelaksanaan deteksi berahi bagi para inseminator maupun peternak sukar untuk dapat mengetahui saat yang tepat awal terjadinya estrus (berahi). Terjadinya berahi pada ternak di sore hari hingga pagi hari mencapai 60%, sedangkan pada pagi hari sampai sore hari mencapai 40% (Lubis, 2006). Menurut Ihsan (1992) deteksi berahi umumnya dapat dilakukan dengan melihat tingkah laku ternak dan keadaan vulva.
Pengamatan berahi di lokasi PKL dilakukan cukup teratur. Pengecekan dilakukan oleh service veteriner pada pagi hari saat sapi digiring ke tempat pemerahan, siang hari saat sapi istirahat atau setelah diperah, begitu juga dengan kegiatan sore hari untuk pemerahan kedua, dan malam hari setelah sapi-sapi tersebut selesai diperah. Para petugas akan mencatat ear tag (identitas) apabila sapi betina menaiki sapi lain dan diam jika dinaiki. Kemudian sapi akan diperiksa dengan mencocokkan data yang ada melalui siklus estrus dari sapi tersebut. Siklus estrus adalah berahi yang berulang secara teratur dalam kurun waktu rata-rata 21 hari. Secara fisiologis, berlangsungnya siklus berahi ini melibatkan aktivitas sistem syaraf dan sistem hormonal dalam tubuh sapi, sehingga dapat dikatakan bahwa reproduksi sapi berlangsung secara neuro hormonal. Jika sapi tersebut masuk dalam pengecekkan satu siklus berahi (rata-rata 18-23 hari), tanda chalking orange pada pangkal ekor menghilang, vulva terlihat bengkak, panas, dan merah maka sapi tersebut dapat dikawinkan, untuk memastikan estrus lebih tepat lagi, cervic dapat diraba, jika agak keras (tegang) maka sapi tersebut positif estrus dan harus segera dikawinkan sebelum terlambat.
Lamanya sapi berahi sangat bervariasi yaitu berkisar 6-30 jam (Lubis, 2006), dengan rataan 17 jam. Tidak jarang sapi-sapi yang berada di PT Greenfields Indonesia waktu berahinya tidak diketahui saat malam hari (10 pm) hingga pagi hari (6 am) karena tidak ada veteriner yang bertugas. Hal ini dapat membuat peternak kehilangan satu siklus berahi.

Tabel 5. Lama waktu berlangsungnya fase-fase

dari siklus berahi pada sapi betina

Fase

Lama waktu (hari ke-) dari siklus

Estrus

0–1

Metestrus

1-3

Diestrus

4-16

Proestrus

17-21

Sumber: Makalah Seminar Pelatihan Inseminator pada Sapi/Kerbau BIB Singosari, 2006

Catatan : Dalam menyebut hari-hari dari siklus berahi, hari ke-0 adalah saat munculnya berahi pertama kali, hari ke-1 adalah hari dimana berahi muncul pertama kali, demikian hari selanjutnya sampai dengan hari ke-21 dari siklus berahi. Hari-hari ini penting diketahui misalnya untuk penyuntikkan hormon prostaglandin (PGF) yang harus diberikan pada hari-hari antara hari ke-5 sampai dengan hari ke-16 dari siklus berahi.


Rahim (anatomi)



Rahim atau uterus adalah organ reproduksi betina yang utama pada kebanyakan mamalia, termasuk manusia. Salah satu ujungnya adalah serviks, membuka ke dalam vagina, dan ujung satunya yang lebih luas, yang dianggap badan rahim, disambung di kedua pihak dengan tabung Fallopian. Rahim terdapat dalam berbagai bentuk dan ukuran di organisme yang berbeda. Pada manusia adalah berbentuk buah pir. Beberapa organisme seperti kelinci, kambing dan kuda mempunyai rahim bipartite atau "bertanduk".
Rahim ditempatkan di pelvis dan dorsal (dan biasanya agak kranial) ke kandung kemih dan ventral ke rektum. Rahim ditahan pada tempatnya oleh beberapa ligamen. Di luar kehamilan, ukuran garis tengahnya adalah beberapa sentimeter. Rahim kebanyakan terdiri dari otot. Lapisan permanen jaringan itu yang paling dalam disebut endometrium. Pada kebanyakan mamalia, termasuk manusia, endometrium membuat lapisan pada waktu-waktu tertentu yang, jika tak ada kehamilan terjadi, dilepaskan atau menyerap kembali.
Lepasnya lapisan endometrial pada manusia disebabkan oleh menstruasi (dikenal dengan istilah "datang bulan" seorang wanita) sepanjang tahun-tahun subur seorang wanita. Pada mamalia lain mungkin ada siklus yang panjang selama enam bulan atau sesering beberapa hari saja. Fungsi utama rahim menerima pembuahan ovum yang tertanam ke dalam endometrium, dan berasal makanan dari pembuluh darah yang berkembang secara khusus untuk maksud ini. Ovum yang dibuahi menjadi embrio, berkembang menjadi fetus dan gestates sampai kelahiran.
Karena rintangan anatomis seperti pelvis, rahim didorong sebagian ke dalam perut sampai perluasannya selama kehamilan. Di kehamilan pun rahim manusia beratnya hanya sekitar sekilogram (2.2 pon)

Ada Kambing Berkelamin Ganda

Karanganyar - Seekor kambing berkelamin ganda ditemukan di Karanganyar, Jateng. Kambing itu memiliki dua alat kelamin sekaligus. Namun, karena belum memasuki usia produktif hingga saat ini belum diketahui apakah kedua alat reproduksi itu bisa berfungsi.
Kambing berusia lima bulan hasil persilangan pejantan jenis domba dengan induk jenis lokal tersebut dipiara sejak lahir oleh Sartono warga Ngledok RT 2 RW 8, Sroyo, Jateng, Karanganyar. Saat ini kambing yang mengalami keganjilan itu dipiara bersama 20 ekor kambing lainnya di kandang sebelah rumah Sartono.
Sartono mengaku sejak kecil cukup menjadi perhatiannya. Semula dia mengira kambing itu berkelamin betina, namun secara fisik menunjukkan ciri-ciri seperti kambing jantan. Badannya cepat besar, bulu-bulunya lebih panjang serta pertumbuhan tanduk yang cepat.
Meskipun sejak awal dia mengaku juga telah menaruh curiga bahwa ada keanehan pada kambing itu, karena meskipun kambing itu memiliki puting-puting susu, tapi juga memiliki kantung testis di pangkal pahanya.
Dia baru menyadari ada keanehan ketika Senin kemarin kambing itu mulai menunjukkan tanda-tanda ketertarikannya kepada kambing betina. Ternyata dari organ kelamin betina kambing itu keluar batang kelamin jantan, meskipun ukurannya lebih kecil dibanding ukuran alat kelamin kambing jantan seusianya.
"Setelah saya amati lebih seksama, saat kencing kedua alat kelamin itu berfungsi yaitu sama-sama mengeluarkan air kencing. Karena belum memasuki usia reproduksi, saya juga belum tahu mana yang nantinya akan berfungsi, atau malah keduanya dapat berfungsi," papar Sartono, saat ditemui di rumahnya, Selasa (17/7/2007).
Namun menurut Sartono, besar kemungkinan alat kelamin jantan kambing itu akan mengalami kesulitan fungsionalnya. Selain itu ukurannya, organ kelamin jantan yang kecil, letaknya bukan di dekat pusar (bawah perut) melainkan di dalam organ kelamin betinanya sehingga akan menyulitkan posisi reproduksi.
Sartono bertekad akan memelihara kambing aneh hingga besar. Lelaki yang kesehariannya bekerja di sebuah SPBU di Karanganyar itu berkeyakinan keanehan salah satu kambing piaraannya itu akan memberikan makna tersendiri, meskipun hingga saat ini dia belum mampu mengurainya.
Selain memiliki kambing berkelamin ganda, Sartono juga memelihara tiga ekor kambing albino. "Semula hanya seekor kambing betina yang albino, tapi anak-anaknya sebagian menuruni kulit albino juga. Ada beberapa yang telah saya jual, biasanya disembelih untuk syukuran haji," papar dia.

Jenis-Jenis Kambing

Bebiri

Kacukan Jamnapari

Kambing Toggenburg

Kacukan Jemasia

Kambing Boer

Peternakan Sapi Potong

ndosiar.com, Tasikmalaya - Ini merupakan peternakan sapi potong. Luasnya sekitar 15 hektar. Berada di Desa Taman Sari, Tasikmalaya, Jawa Barat. Di tempat ini dipelihara berbagai jenis sapi potong, mulai dari sapi anakan hingga sapi dewasa yang siap dipasarkan.

Peternakan sapi merupakan salah satu usaha yang dapat ditekuni. Harga daging sapi yang cukup tinggi dipasaran, membuat usaha ini menjanjikan keuntungan. Lokasi peternakan sapi di Desa Taman Sari, dapat ditempuh selama satu jam perjalanan dengan menggunakan kendaraan bermotor dari kota Tasikmalaya.

Peternakan sapi terletak diwilayah perbukitan. Untuk mencapainya saya harus melalui jalan tangga yang cukup tinggi. Kini jalannya menurun, sehingga tidak terlalu menguras tenaga. Peternakan sapi ini dikelola oleh Haji Nana Supriatna sejak tahun 1995 lalu. Awalnya dia memiliki 100 ekor sapi, namun kini telah berkembang menjadi 10 kali lipat.

Sapi yang dipelihara disini menempati kandang permanent, yang dibedakan antara indukan dan anakan sapi. Berbagai jenis sapi dipelihara disini. Seluruhnya sapi unggulan. Seperti sapi ini. Sapi dipeternakan ini cepat tumbuh besar.

Pertambahan berat sapi setiap hari rata - rata mencapai 1,2 kilogram. Agar bobot badan sapi meningkat cepat, tidak saja diberikan pakan berupa dedaunan hijau dan jerami, tetapi juga makanan tambahan.

Seluruh sapi yang dihasilkan dipeternakan ini dipasarkan diwilayah Tasikmalaya. Setiap harinya sebanyak tiga ekor sapi dijual ke pasaran. Masih jauh dari kebutuhan pasar. Setiap harinya kebutuhan sapi potong untuk wilayah tasikmalaya sekitar 50 hingga 70 ekor.

Beternak sapi cukup menguntungkan. Sapi yang dibesarkan dalam waktu 2 tahun dapat mencapai bobot satu ton. Harganya per ekor 15 juta rupiah sedangkan biaya pembesaran sapi setiap bulan sekitar 600 ribu rupiah.

Selain memperoleh pendapatan dari pembesaran sapi, peternakan ini juga memperoleh penghasilan tambahan dari pengolahan kotoran sapi menjadi pupuk organik. Pengolahan pupuk dilakukan dengan menggunakan mesin. Pupuk organik dijual seharga 800 rupiah per kilogram.Wah beternak sapi seperti ini memang layak ditekuni dan cukup menguntungkan.

Usaha Peternakan Domba

Peternakan domba merupakan salah satu usaha yang menguntungkan. Usaha ini memiliki pasar yang tetap, yaitu saat Hari Raya Idul Qurban. Sehari-harinya, permintaan terhadap daging domba juga selalu ada, terutama untuk diolah menjadi sop kambing dan sate kambing.

Salah satu lokasi peternakan domba terdapat di kawasan Cimande, Bogor, Jawa Barat. Usaha peternakan ini dikelola oleh Haji Bunyamin. Di tempat ini dipelihara sedikitnya 1.500 ekor domba.

Untuk menuju lokasi peternakan domba dari Jakarta dapat ditempuh melalui jalan tol Jagorawi. Selepas pintu tol Ciawi, menuju kearah Sukabumi.

Sesampai di kawasan Talang Sua Cimande, Caringin Bogor, berbelok ke kiri. Dan kini tibalah di lokasi peternakan domba milik Haji Bunyamin. Di peternakan ini dilakukan penggemukan domba dengan sistem kandang panggung, sehingga ruang kandang dapat dimaksimalkan.

Setiap domba mendapatkan satu kandang khusus. Domba yang digemukkan disini terdiri dari ras domba Garut dan ras domba Parahiyangan.

Memelihara domba tidak terlalu sulit. Sehari diberi makan dua kali, pada pagi hari dan sore hari. Makanan pokoknya rumput dan dedaunan.

Jumlah makanan yang diberikan sekitar 10 persen dari berat badan domba. Selain itu diberi tambahan makanan berupa konsentrat dan ampas tahu. Jumlahnya sekitar dua persen dari berat badan domba,

Untuk memudahkan pemantauan pertambahan berat badan dan kondisi kesehatannya, anak domba yang baru datang dicukur bulunya. Dengan demikian, domba juga bebas kutu dan tampak bersih.

Pemotongan bulu domba diulangi setiap tiga bulan sekali. Agar tidak cacingan, domba peliharaan juga harus diberi obat cacing. Setiap bulannya juga diberi vaksin antrak. Agar kebersihannya terjaga, kuku domba juga harus dipotong. Setiap satu minggu sekali, domba juga dimandikan.

Setelah tiga bulan digemukkan, domba siap dipasarkan. Pemasarannya tidak hanya di seputar kota Bogor saja, tetapi juga hingga ke Jakarta. Harga per ekornya bervariasi, mulai dari tujuh ratus ribu hingga satu juta limaratus ribu rupiah, tergantung berat badan.

Rabu, 10 Desember 2008

Pencernaan Unggas

Pencernaan adalah penguraian bahan makanan ke dalam zat-zat makanan dalam saluran pencernaan untuk dapat diserap dan digunakan oleh jaringan-jaringan tubuh. Pada pencernaan tersangkut suatu seri proses mekanis dan khemis dan dipengaruhi oleh banyak faktor.
Unggas mengambil makanannya dengan paruh dan kemudian terus ditelan. Makanan tersebut disimpan dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan proventrikulus dan kemudian digiling dalam empedal. Tidak ada enzim pencernaan yang dikeluarkan oleh empedal unggas. Fungsi utama alat tersebut adalah untuk memperkecil ukuran partikel-partikel makanan.
Dari empedal makanan yang bergerak melalui lekukan usus yang disebut duodenum, yang secara anatomis sejajar dengan pankreas. Pankreas tersebut mempunyai fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti hanya pada spesies-spesies lainnya. Alat tersebut menghasilkan getah pankreas dalam jumlah banyak yang mengandung enzim-enzim amilolitik, lipolitik dan proteolitik. Enzim-enzim tersebut berturut-turut menghidrolisa pati, lemak, proteosa dan pepton. Empedu hati yang mengandung amilase, memasuki pula duodenum.
Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan getah usus. Getah usus tersebut mengandung erepsin dan beberapa enzim yang memecah gula. Erepsin menyempurnakan pencernaan protein, dan menghasilkan asam-asam amino, enzim yang memecah gula mengubah disakharida ke dalam gula-gula sederhana (monosakharida) yang kemudian dapat diasimilasi tubuh. Penyerapan dilaksanakan melalui villi usus halus.
Unggas tidak mengeluarkan urine cair. Urine pada unggas mengalir kedalam kloaka dan dikeluarkan bersama-sama feses. Warna putih yang terdapat dalam kotoran ayam sebagian besar adalah asam urat, sedangkan nitrogen urine mammalia kebanyakan adalah urine. Saluran pencernaan yang relatif pendek pada unggas digambarkan pada proses pencernaan yang cepat (lebih kurang empat jam).

Pemilihan Bibit Sapi perah

Ada tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan budidaya sapi perah yang saling terkait satu sama lain diantaranya pemeliharaan (budidaya), pakan dan pembibitan. Pemeliharan dan pakan yang baik tentu akan meghasilkan produksi yang baik dengan didukung pembibitan yang baik pula. Bibit sapi yang baik sangat penting untuk diperhatikan ketika akan melakukan budidaya sapi perah. Pemilihan bibit sapi perah meliputi pemilihan bibit dara yang nantinya akan menghasilkan produksi susu dan pemilihan bibit pejantan.

Pemilihan Bibit Dara

Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh bibit sapi perah betina dewasa adalah:
(a) produksi susu tinggi, (b) umur 3,5-4,5 tahun dan sudah pernah beranak, (c) berasal dari induk dan pejantan yang mempunyai keturunan produksi susu tinggi, (d) bentuk tubuhnya seperti baji, (e) matanya bercahaya, punggung lurus, bentuk kepala baik, jarak kaki depan atau kaki belakang cukup lebar serta kaki kuat, (f) ambing cukup besar, pertautan pada tubuh cukup baik, apabila diraba lunak, kulit halus, vena susu banyak, panjang dan berkelok-kelok,puting susu tidak lebih dari 4, terletak dalam segi empat yang simetris dan tidak terlalu pendek, (g) tubuh sehat dan bukan sebagai pembawa penyakit menular, dan (h) tiap tahun beranak.

Pemilihan Bibit Pejantan

Pejantan yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut: (a) umur sekitar 4-5 tahun, (b) memiliki kesuburan tinggi, (c) daya menurunkan sifat produksi yang tinggi kepada anak-anaknya, (d) berasal dari induk dan pejantan yang baik, (e) besar badannya sesuai dengan umur, kuat, dan mempunyai sifat-sifat pejantan yang baik, (f) kepala lebar, leher besar, pinggang lebar, punggung kuat, (g) muka sedikit panjang, pundak sedikit tajam dan lebar, (h) paha rata dan cukup terpisah, (i) dada lebar dan jarak antara tulang rusuknya cukup lebar, (j) badan panjang, dada dalam, lingkar dada dan lingkar perut besar, serta (k) sehat,bebas dari penyakit menular dan tidak menurunkan cacat pada keturunannya.

Pemilihan Bibit Sapi perah

Ada tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan budidaya sapi perah yang saling terkait satu sama lain diantaranya pemeliharaan (budidaya), pakan dan pembibitan. Pemeliharan dan pakan yang baik tentu akan meghasilkan produksi yang baik dengan didukung pembibitan yang baik pula. Bibit sapi yang baik sangat penting untuk diperhatikan ketika akan melakukan budidaya sapi perah. Pemilihan bibit sapi perah meliputi pemilihan bibit dara yang nantinya akan menghasilkan produksi susu dan pemilihan bibit pejantan.

Pemilihan Bibit Dara

Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh bibit sapi perah betina dewasa adalah:
(a) produksi susu tinggi, (b) umur 3,5-4,5 tahun dan sudah pernah beranak, (c) berasal dari induk dan pejantan yang mempunyai keturunan produksi susu tinggi, (d) bentuk tubuhnya seperti baji, (e) matanya bercahaya, punggung lurus, bentuk kepala baik, jarak kaki depan atau kaki belakang cukup lebar serta kaki kuat, (f) ambing cukup besar, pertautan pada tubuh cukup baik, apabila diraba lunak, kulit halus, vena susu banyak, panjang dan berkelok-kelok,puting susu tidak lebih dari 4, terletak dalam segi empat yang simetris dan tidak terlalu pendek, (g) tubuh sehat dan bukan sebagai pembawa penyakit menular, dan (h) tiap tahun beranak.

Pemilihan Bibit Pejantan

Pejantan yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut: (a) umur sekitar 4-5 tahun, (b) memiliki kesuburan tinggi, (c) daya menurunkan sifat produksi yang tinggi kepada anak-anaknya, (d) berasal dari induk dan pejantan yang baik, (e) besar badannya sesuai dengan umur, kuat, dan mempunyai sifat-sifat pejantan yang baik, (f) kepala lebar, leher besar, pinggang lebar, punggung kuat, (g) muka sedikit panjang, pundak sedikit tajam dan lebar, (h) paha rata dan cukup terpisah, (i) dada lebar dan jarak antara tulang rusuknya cukup lebar, (j) badan panjang, dada dalam, lingkar dada dan lingkar perut besar, serta (k) sehat,bebas dari penyakit menular dan tidak menurunkan cacat pada keturunannya.