1. Gigi seri (Insisivus) memiliki bentuk untuk menjepit makanan berupa tetumbuhan seperli rumput.
2. Geraham belakang (Molare) memiliki bentuk datar dan lobar.
3. Rahang dapat bergerak menyamping untuk menggiling makanan.
4. Struktur lambung memiliki empat ruangan, yaitu: Rumen, Retikulum, Omasum dan Abomasum.
Pola sistem pencernaan pada hewan umumnya sama dengan manusia, yaitu terdiri atas mulut, faring, esofagus, lambung, dan usus. Namun demikian, struktur alat pencernaan kadangkadang berbeda antara hewan yang satu dengan hewan yang lain.
Makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai gudang sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi pencernaan protein, polisakarida, dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis protozoa tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di tempat ini makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar (disebut bolus). Bolus akan Jimuntahkan kembali ke mulut untuk dimamah kedua kali. Dari mulut makanan akan ditelan kembali untuk diteruskan ke ornasum. Pada omasum terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang akan bercampur dengan bolus. Akhirnya bolus akan diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya dan di tempat ini masih terjadi proses pencernaan bolus secara kimiawi oleh enzim.
Selulase yang dihasilkan oleh mikroba (bakteri dan protozoa) akan merombak selulosa menjadi asam lemak. Akan tetapi, bakteri tidak tahan hidup di abomasum karena pH yang sangat rendah, akibatnya bakteri ini akan mati, namun dapat dicernakan untuk menjadi sumber protein bagi hewan pemamah biak. Dengan demikian, hewan ini tidak memerlukan asam amino esensial seperti pada manusia.
Hewan seperti kuda, kelinci, dan marmut tidak mempunyai struktur lambung seperti pada sapi untuk fermentasi seluIosa. Proses fermentasi atau pembusukan yang dilaksanakan oleh bakteri terjadi pada sekum yang banyak mengandung bakteri. Proses fermentasi pada sekum tidak seefektif fermentasi yang terjadi di lambung. Akibatnya kotoran kuda, kelinci, dan marmut lebih kasar karena proses pencernaan selulosa hanya terjadi satu kali, yakni pada sekum. Sedangkan pada sapi proses pencernaan terjadi dua kali, yakni pada lambung dan sekum yang kedua-duanya dilakukan oleh bakteri dan protozoa tertentu.
Pada kelinci dan marmut, kotoran yang telah keluar tubuh seringkali dimakan kembali. Kotoran yang belum tercerna tadi masih mengandung banyak zat makanan, yang akan dicernakan lagi oleh kelinci.
Sekum pada pemakan tumbuh-tumbuhan lebih besar dibandingkan dengan sekum karnivora. Hal itu disebabkan karena makanan herbivora bervolume besar dan proses pencernaannya berat, sedangkan pada karnivora volume makanan kecil dan pencernaan berlangsung dengan cepat.
Usus pada sapi sangat panjang, usus halusnya bisa mencapai 40 meter. Hal itu dipengaruhi oleh makanannya yang sebagian besar terdiri dari serat (selulosa).
Enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri ini tidak hanya berfungsi untuk mencerna selulosa menjadi asam lemak, tetapi juga dapat menghasilkan bio gas yang berupa CH4 yang dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif.
Tidak tertutup kemungkinan bakteri yang ada di sekum akan keluar dari tubuh organisme bersama feses, sehingga di dalam feses (tinja) hewan yang mengandung bahan organik akan diuraikan dan dapat melepaskan gas CH4 (gas bio).
 
 

 Peternakan sapi merupakan salah satu usaha yang dapat ditekuni. Harga daging sapi yang cukup tinggi dipasaran, membuat usaha ini menjanjikan keuntungan. Lokasi peternakan sapi di Desa Taman Sari, dapat ditempuh selama satu jam perjalanan dengan menggunakan kendaraan bermotor dari kota Tasikmalaya.
Peternakan sapi merupakan salah satu usaha yang dapat ditekuni. Harga daging sapi yang cukup tinggi dipasaran, membuat usaha ini menjanjikan keuntungan. Lokasi peternakan sapi di Desa Taman Sari, dapat ditempuh selama satu jam perjalanan dengan menggunakan kendaraan bermotor dari kota Tasikmalaya.  Sapi yang dipelihara disini menempati kandang permanent, yang dibedakan antara indukan dan anakan sapi. Berbagai jenis sapi dipelihara disini. Seluruhnya sapi unggulan. Seperti sapi ini. Sapi dipeternakan ini cepat tumbuh besar.
Sapi yang dipelihara disini menempati kandang permanent, yang dibedakan antara indukan dan anakan sapi. Berbagai jenis sapi dipelihara disini. Seluruhnya sapi unggulan. Seperti sapi ini. Sapi dipeternakan ini cepat tumbuh besar.  Seluruh sapi yang dihasilkan dipeternakan ini dipasarkan diwilayah Tasikmalaya. Setiap harinya sebanyak tiga ekor sapi dijual ke pasaran. Masih jauh dari kebutuhan pasar. Setiap harinya kebutuhan sapi potong untuk wilayah tasikmalaya sekitar 50 hingga 70 ekor.
Seluruh sapi yang dihasilkan dipeternakan ini dipasarkan diwilayah Tasikmalaya. Setiap harinya sebanyak tiga ekor sapi dijual ke pasaran. Masih jauh dari kebutuhan pasar. Setiap harinya kebutuhan sapi potong untuk wilayah tasikmalaya sekitar 50 hingga 70 ekor.  Salah satu lokasi peternakan domba terdapat di kawasan Cimande, Bogor, Jawa Barat. Usaha peternakan ini dikelola oleh Haji Bunyamin. Di tempat ini dipelihara sedikitnya 1.500 ekor domba.
Salah satu lokasi peternakan domba terdapat di kawasan Cimande, Bogor, Jawa Barat. Usaha peternakan ini dikelola oleh Haji Bunyamin. Di tempat ini dipelihara sedikitnya 1.500 ekor domba.  Setiap domba mendapatkan satu kandang khusus. Domba yang digemukkan disini terdiri dari ras domba Garut dan ras domba Parahiyangan.
 Setiap domba mendapatkan satu kandang khusus. Domba yang digemukkan disini terdiri dari ras domba Garut dan ras domba Parahiyangan.  Pemotongan bulu domba diulangi setiap tiga bulan sekali. Agar tidak cacingan, domba peliharaan juga harus diberi obat cacing. Setiap bulannya juga diberi vaksin antrak. Agar kebersihannya terjaga, kuku domba juga harus dipotong. Setiap satu minggu sekali, domba juga dimandikan.
Pemotongan bulu domba diulangi setiap tiga bulan sekali. Agar tidak cacingan, domba peliharaan juga harus diberi obat cacing. Setiap bulannya juga diberi vaksin antrak. Agar kebersihannya terjaga, kuku domba juga harus dipotong. Setiap satu minggu sekali, domba juga dimandikan.  Ada tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan budidaya sapi perah yang saling terkait satu sama lain diantaranya pemeliharaan (budidaya), pakan dan pembibitan. Pemeliharan dan pakan yang baik tentu akan meghasilkan produksi yang baik dengan didukung pembibitan yang baik pula. Bibit sapi yang baik sangat penting untuk diperhatikan ketika akan melakukan budidaya sapi perah. Pemilihan bibit sapi perah meliputi pemilihan bibit dara yang nantinya akan menghasilkan produksi susu dan pemilihan bibit pejantan.
Ada tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan budidaya sapi perah yang saling terkait satu sama lain diantaranya pemeliharaan (budidaya), pakan dan pembibitan. Pemeliharan dan pakan yang baik tentu akan meghasilkan produksi yang baik dengan didukung pembibitan yang baik pula. Bibit sapi yang baik sangat penting untuk diperhatikan ketika akan melakukan budidaya sapi perah. Pemilihan bibit sapi perah meliputi pemilihan bibit dara yang nantinya akan menghasilkan produksi susu dan pemilihan bibit pejantan. Pejantan yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut: (a) umur sekitar 4-5 tahun, (b) memiliki kesuburan tinggi, (c) daya menurunkan sifat produksi yang tinggi kepada anak-anaknya, (d) berasal dari induk dan pejantan yang baik, (e) besar badannya sesuai dengan umur, kuat, dan mempunyai sifat-sifat pejantan yang baik, (f) kepala lebar, leher besar, pinggang lebar, punggung kuat, (g) muka sedikit panjang, pundak sedikit tajam dan lebar, (h) paha rata dan cukup terpisah, (i) dada lebar dan jarak antara tulang rusuknya cukup lebar, (j) badan panjang, dada dalam, lingkar dada dan lingkar perut besar, serta (k) sehat,bebas dari penyakit menular dan tidak menurunkan cacat pada keturunannya.
Pejantan yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut: (a) umur sekitar 4-5 tahun, (b) memiliki kesuburan tinggi, (c) daya menurunkan sifat produksi yang tinggi kepada anak-anaknya, (d) berasal dari induk dan pejantan yang baik, (e) besar badannya sesuai dengan umur, kuat, dan mempunyai sifat-sifat pejantan yang baik, (f) kepala lebar, leher besar, pinggang lebar, punggung kuat, (g) muka sedikit panjang, pundak sedikit tajam dan lebar, (h) paha rata dan cukup terpisah, (i) dada lebar dan jarak antara tulang rusuknya cukup lebar, (j) badan panjang, dada dalam, lingkar dada dan lingkar perut besar, serta (k) sehat,bebas dari penyakit menular dan tidak menurunkan cacat pada keturunannya.